Surat Al-Baqarah Ayat 14
وَإِذَا لَقُوا۟ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا۟ إِلَىٰ شَيَٰطِينِهِمْ قَالُوٓا۟ إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُونَ
Arab-Latin: Wa iżā laqullażīna āmanụ qālū āmannā, wa iżā khalau ilā syayāṭīnihim qālū innā ma'akum innamā naḥnu mustahzi`ụn
Artinya: Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok".
« Al-Baqarah 13 ✵ Al-Baqarah 15 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Kandungan Berharga Tentang Surat Al-Baqarah Ayat 14
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Baqarah Ayat 14 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada sekumpulan kandungan berharga dari ayat ini. Didapatkan sekumpulan penafsiran dari kalangan pakar tafsir terkait isi surat Al-Baqarah ayat 14, misalnya sebagaimana terlampir:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Orang-orang munafik tersebut apabila bertemu dengan kaum Mukminin mereka berkata: “kami membenarkan agama Islam seperti kalian”. akan tetapi jika mereka berpaling dan Pergi mendatangi para pemuka mereka yang kafir lagi membangkang terhadap Allah, mereka menegaskan di hadapan para tokoh itu bahwa mereka Tetaplah di atas kekafiran yang dulu dan tidak meninggalkannya, sesungguhnya mereka sekedar mengolok-olok kaum mukminin dan mengejek mereka.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
14. Setelah Allah menjelaskan dalam ayat-ayat ini kemunafikan mereka dan sebabnya, serta keadaan mereka saat diseru kepada kebenaran, kemudian Allah menjelaskan ciri-ciri mereka dari sisi perkataan mereka yang menipu dengan berfirman: وإذا لقوا
Yakni orang-orang munafik jika berkumpul dengan orang-orang beriman maka mereka akan menampakkan keimanan; namun jika mereka berkumpul dengan para pemimpin kafir maka mereka menyatakan kekafiran, dan apa yang mereka katakan kepada orang-orang beriman hanyalah olok-olok semata.
Adapun perkataan mereka (إنا معكم) dengan kalimat penegasan adalah karena kemahiran mereka dalam berbuat nifak saat bertemu kaum muslimin yang menimbulkan keraguan dan sangkaan para pemimpin orang-orang kafir akan keteguhan kaum munafik itu dalam kekafiran. Oleh sebab itu mereka butuh penegasan bahwa mereka tetap teguh dalam kekafiran. Demikian pula penegasan yang ada dalam kalimat (إنما نحن مستهزؤون).
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
14. Apabila mereka berjumpa dengan orang-orang mukmin, mereka berkata, “Kami percaya dengan apa yang kalian imani.” Mereka mengatakan hal itu karena takut kepada orang-orang mukmin. Dan apabila mereka berpisah dengan orang-orang mukmin dan berjumpa dengan para pemimpin mereka secara tertutup, mereka menegaskan akan tetap patuh kepada mereka (para pemimpin kafir). Mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami tetap bersama kalian dan sejalan dengan kalian, tetapi kami sengaja menunjukkan sikap setuju dengan orang-orang yang mukmin semata-mata untuk mengejek dan mengolok-olok mereka.”
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
14. وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ (Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka)
Yakni pemimpin-pemimpin mereka dalam kekufuran yang senantiasa merencanakan keburukan.
قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙ (mereka berkata, Sesungguhnya kami bersama kamu)
Yakni senantiasa dalam kekufuran.
اِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ (kami hanya berolok-olok)
Yakni kepada orang-orang mukmin dengan mengaku sehati dengan mereka, padahal hati kami sama sekali tidak condong kepada mereka.
📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
Perhatikanlah bagaimana mereka mengatakan : { اِنَّا مَعَكُمْ } "sesungguhnya kami bersama kalian (wahai orang beriman)" , padahal kenyataannya adalah menyalahi hal itu, karena orang-orang beriman meragukan keimanan dalam diri para munafiqin, sedangkan kaum mereka tidak meragukan dan tidak mempermasalahkan tetapnya mereka diatas agama; karena tatkala kemunafikan mereka muncul ketika bertemu dengan para mukminin yang akhirnya menjadi sebab keraguan para pembesar-pembesar agama mereka tentang tetapnya para munafik ini diatas kekafiran, mereka butuh kepada sesuatu yang meyakinkan bahwa para munafik itu sebenarnya tetap diatas agama mereka.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
Ketika mereka bertemu orang-orang mukmin, mereka menampakkan keimanan mereka, dan ketika kembali kepada pemimpin-pemimpin kafir mereka, mereka berkata: kami adalah orang-orang yang tetap ingkar dan memperolok orang-orang muslim dengan berpura-pura sepakat dengan mereka
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Akan tetapi apabila mereka berlalu} mereka berbalik {kepada setan-setan mereka} para pemimpin mereka {mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kalian, kami hanyalah orang yang suka mengolok-olok”
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
14. Inilah yang biasa keluar dari lisan-lisan mereka yang bukan dari hati mereka, yaitu bahwasanya mereka ini bila berkumpul dengan kaum Mukminin, maka mereka menampakkan bahwa mereka dalam satu manhaj dengan kaum Mukminin dan bahwa mereka sama dengan kaum Mukminin, namun bila mereka kembali kepada setan-setan mereka –yaitu pemimpin-pemimpin dan ketua-ketua kejahatan mereka-, maka mereka berkata, “sesungguhnya pada hakikatnya kami ini bersama kalian, kami hanya mengolok-olok kaum Mukminin dengan menampakkan kepada mereka bahwa kami berada di atas jalan mereka. “Inilah kondisi mereka secara lahir dan batin, dan tidaklah makar yang buruk itu kecuali akan menimpa pelakunya.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Allah SWT berfirman, apabila orang-orang munafik itu bertemu dengan orang-orang mukmin mereka berkata, (Kami telah beriman) maksudnya yaitu mereka menampakkan keimanan, janji dan kecintaan mereka kepada orang-orang mukmin dengan penuh kemunafikan, kepura-puraan dan untuk menghindar, serta agar mereka bisa ikut mengambil bagian dari kebaikan dan harta rampasan yang diperoleh oleh orang-orang mukmin.
(Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka) maknanya yaitu ketika mereka berpaling dan pergi kepada para setan mereka. Kata (Khalau) ini mengandung makna berpaling, disambungkan dengan "ila" untuk menunjukkan fi'il yang mengandung dhamir dan fi'il yang tampak.
Di antara para ulama, ada yang berpendapat bahwa "ila" di sini mengandung makna "ma'a". Pendapat pertama itu yang lebih baik, dan pendapat ini menjadi dasar ungkapan Ibnu Jarir.
As-Suddi meriwayatkan dari Abu Malik bahwa (Khalau) maknanya adalah berlalu. "Setan-setan mereka) maknanya adalah para pemimpin, pembesar, dan pemuka mereka, yaitu para uskup Yahudi, para pemimpin orang musyrik, dan orang-orang munafik.
Dari Ibnu Abbas, bahwa (Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka) itu adalah orang-orang Yahudi yang diperintah oleh mereka untuk berdusta, dan menentang apa yang dibawa Rasulallah SAW.
Mujahid berkata bahwa (Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka) itu adalah para sahabat mereka yaitu orang-orang munafik dan orang-orang musyrik.
Qatadah berkata bahwa (Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka) berarti kembali kepada para pemimpin dan pemuka mereka dalam hal kesyirikan dan kejahatan.
Begitu juga, Abu Malik, Abu Al-'Aliyah, As-Suddi, dan Ar-Rabi' bin Anas menafsirkan demikian.
Ibnu Jarir berkata bahwa setan dari segala sesuatu itu adalah yang menentangnya, dan bisa berasal dari golongan manusia dan jin, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan) (Surah Al-An'am: 112).
Dalam "Musnad" dari Abu Dzar, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Berlindunglah kepada Allah dari setan-setan dari golongan manusia dan jin." Aku bertanya, "Ya Rasulullah, apakah ada setan dari kalangan manusia juga?" Beliau menjawab: "Iya".
Dari Ibnu Abbas tentang firman Allah SWT: (Mereka berkata," Sesungguhnya kami bersama kamu") maknanya adalah: "Kami berada di tempat yang sama dengan kalian", dan ayat (kami hanya berolok-olok) maknanya adalahi: "Kami hanya mengolok-olok dan bermain-main dengan kaum itu"
Hal itu juga dikatakan oleh Ar-Rabi' bin Anas dan Qatadah.
Dan firman Allah SWT untuk menjawab dan menanggapi perbuatan mereka yaitu (Allah akan memperolok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan (15))
Ibnu Jarir berkata bahwa Allah SWT akan membalas perbuatan mereka itu pada hari kiamat, sebagaimana diterangkan dalam firmanNya: (Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu". Dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)". Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa)' [Surah Al-Hadid: 13] dan firmanNya: (Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah) [Surah Ali Imran: 178].
Ibnu Jarir berkata, "ini adalah balasan dan hal yang serupa berupa olok-olok, ejekan, dan tipu daya dari Allah untuk orang-orang munafik dan orang-orang yang berbuat syirik kepadaNya, ketika seseorang mengatakan dan menafsiri hal ini"
Ulama' lainnya berkata bahwa maknanya yaitu ini bentuk olok-olok, celaan, dan cemoohan Allah atas mereka itu akibat kemaksiatan dan kekafiran yang mereka kerjakan.
Ulama' lain juga berkata bahwa "ayat ini dan perumpamaan lainnya adalah bentuk jawaban, seperti seseorang yang berhasil menipu orang lain dan berkata: "Aku telah menipu kamu" padahal dia sebenarnya tidak menipu, tapi dia mengatakan itu setelah dia berhasil menipu.
Ulama' lainnya berkata, Allah SWTmemberitahu bahwa Dia mengolok-olok mereka, lalu menampakkan hukum-hukumNya bagi mereka di dunia, seperti melindungi nyawa dan harta mereka, berbeda dengan apa yang menanti mereka di akhirat, yaitu siksa dan hukuman.
Kemudian Ibnu Jarir menjelaskan dan mempertahankan pendapat terakhir ini karena tipu daya, tipuan, dan ejekan dengan tujuan main-main dan bercanda kepada Allah itu dilarang, tetapi apabila dengan tujuan membalas dengan adil dan memberi hukuman maka itu tidak dilarang.
Firman Allah SWT: (membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan)
Ibnu Jarir berkata bahwa pendapat yang benar adalah Allah akan menambah pembiaran mereka dalam kedurhakaan dan kesombongan mereka, sebagaimana Allah berfirman: (Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat) [Surah Al-An'am: 110]
Makna durhaka adalah melampaui batas sesuatu, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu, ke dalam bahtera( (Surah Al-Haqqah: 11).
Dari Ibnu Abbas, bahwa makna (mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka) yaitu mereka kebingungan dalam kekufuran mereka. Hal ini juga dijelaskan oleh As-Suddi dengan menyandarkannya kepada para sahabat. Demikian juga Abu Al-‘Aliyah, Qatadah, Ar-Rabi' bin Anas, Mujahid, Abu Malik, dan Abdul Rahman bin Zaid tentang kekufuran dan kesesatan mereka.
Ibnu Jarir berkata, Kata “Al-'amah” artinya kesesatan. Dikatakan,”Fulan menjadi buta, jika dia tersesat. Dia berkata, dan firman Allah (mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka) itu maknanya dalam kesesatan dan kekafiran mereka yang telah meliputi dan meninggikan mereka noda tersebut. Mereka bingung dalam kesesatan, dan tidak menemukan jalan keluar dari sana, sarena sesungguhnya Allah SWT telah mengunci mati dan menetapkan kesesatan itu pada hati mereka, dan membutakan penglihatan mereka dari petunjuk, serta meliputi hatinya dengan kesesatan itu; sehingga mereka tidak melihat petunjuk, dan tidak mendapatkan jalan keluar.
Sebagian ulama’ berkata: “Al-‘Amyu” adalah kebutaan untuk mata, dan “Al-‘Amah” adalah kebutaan hati. “Al-‘Amyu” juga terkadang digunakan untuk kebutaan hati. Allah SWT berfirman: (sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada( (Surah Al-Hajj: 46).
Bisa juga dikatakan: “(‘Amiha Ar-Rajulu Ya’mahu ‘Umuhan fa Huwa ‘Amihun wa ‘Aamihun) dan bentuk jamaknya adalah (‘Ummahun), dan unta betinanya hilang tersesat, ketika tidak diketahui ke mana perginya.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
Makna kata :
لَقُواْ al-Mulaaqaah berarti bertemu secara tatap muka
ءَامَنُواْ Aamanuu : Iman secara syar’i adalah meyakini tentang Allah dari semua yang diberitakan oleh Rasulullah g dari Allah. Orang yang meyakininya dinamakan orang mukmin yang sejati.
خَلَوۡاْ al-Khuluwwu bisyai’i artinya adalah berpaling darinya
شَيَٰطِينِهِمۡ asy-Syaithoon maknanya adalah segala sesuatu yang jauh dari kebaikan, dekat kepada keburukan. Berbuat kerusakan dan tidak melakukan perbaikan, baik itu manusia ataupun. Adapun yang dimaksud di sini adalah para pembesarnya dalam melakukan keburukan dan kerusakan.
مُسۡتَهۡزِءُونَ al-istihzaa’u meremehkan dan merendahkan orang lain.
Makna ayat :
Ayat-ayat di atas masih saja membicarakan tentang kaum munafik dan sifat-sifatnya. Allah mengabarkan pada ayat (14) bahwa mereka disebabkan nifaq dan kebusukan dalam hatinya jika bertemu orang mukmin di suatu tempat, akan memberi tahukan bawha mereka beriman kepada Allah, rasulNya, dan syariatNya. Namun, apabila berkumpul dengan pembesar-pembesar kesesatan mereka mengejek apa yang dikatakan tentang keimanan dan berkata,”Kami bersama kalian di atas agama kalian, dan kami tidak akan beriman selamanya. Adapun kami menampakkan keimanan hanya sebagai ejekan bagi Muhammad dan sahabat-sahabatnya.”
Pelajaran dari ayat :
Pemberitahuan tentang orang-orang munafik dan peringatan dari kelakuan mereka yang memiliki dua wajah, bertemu dengan orang ini dengan wajah baik, dan bertemu orang lain dengan wajah buruknya. Dalam hadits disebutkan,”Orang yang paling buruk di antara kalian adalah bermuka dua.”
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-Baqarah ayat 14: Allah mengabarkan bahwasanya orang-orang munafik jika mereka berkata kepada orang-orang yang beriman ketika mereka berbaur dengan orang-orang yang beriman maka mereka akan menampakan keimanan mereka ; maka jika mereka kembali kepada para pembesar pembesar mereka yang kafir mereka berkata : kami bersama kalian secara keyakinan dan agama , karena takut kepada orang-orang yang beriman dan hanya memperolok mereka.
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Yakni orang-orang munafik.
Maksudnya, pemimpin-pemimpin mereka yang kafir.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 14
Dan apabila mereka, orang-orang munafik, berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, kami telah beriman seperti yang kalian yakini tentang kebenaran rasul dan dakwahnya. Mereka menyatakan beriman secara lisan untuk melindungi diri dan meraih keuntungan material. Tetapi apabila mereka kembali kepada teman-teman dan para pemimpin mereka yang menyerupai setan-setan dalam perilaku mereka yang selalu berbuat kerusakan dan kejahatan, mereka berkata, sesungguhnya kami tidak berubah dan tetap bersama kamu di satu jalan dan satu perbuatan, kami hanya berolok-olok ketika kami mengatakan beriman di hadapan orang-orang mukmin. Sebagai balasan atas perbuatan mereka itu, Allah akan memperlakukan mereka seperti orang yang memperolok-olokkan dan merendahkan mereka, dan membiarkan mereka dengan menangguhkan siksa-Nya beberapa saat sehingga mereka semakin jauh terombang-ambing dalam kesesatan dan semakin buta dari kebenaran, sampai akhirnya datang saat yang tepat untuk menyiksa mereka, seperti yang akan dijelaskan pada surah a'li imra'n/3: 87.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikian beragam penafsiran dari banyak ulama berkaitan makna dan arti surat Al-Baqarah ayat 14 (arab-latin dan artinya), semoga menambah kebaikan bagi kita semua. Support dakwah kami dengan mencantumkan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.