Surat Al-Baqarah Ayat 44

۞ أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَٰبَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Arab-Latin: A ta`murụnan-nāsa bil-birri wa tansauna anfusakum wa antum tatlụnal-kitāb, a fa lā ta'qilụn

Artinya: Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?

« Al-Baqarah 43Al-Baqarah 45 »

Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Tafsir Mendalam Tentang Surat Al-Baqarah Ayat 44

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Baqarah Ayat 44 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beberapa tafsir mendalam dari ayat ini. Diketemukan beberapa penafsiran dari beragam ulama mengenai kandungan surat Al-Baqarah ayat 44, misalnya seperti berikut:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Alangkah buruk kondisi kalian dan kondisi ulama kalian ketika kalian memerintahkan manusia untuk berbuat kebaikan-kebaikan, sedangkan kalian meninggslksn diri kalian sendiri. Maka kalian tidak memerintahkan diri kalian untuk berbuat kebaikan yang agung ini, yaitu  memeluk Islam padahal Kalian membaca taurot  yang didalamnya terdapat penjelasan tentang sifat-sifat Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dan kewajiban beriman kepadanya. Tidakkah kalian mempergunakan akal kalian dengan benar?.


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

44. Wahai para rahib kaum Yahudi, Mengapa kalian memerintahkan orang lain untuk melakukan amal shalih, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian telah membaca Taurat yang melarang hal demikian? Apakah kalian tidak menyadari keburukan perbuatan kalian?


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

44. Alangkah buruknya bila kamu menyuruh orang lain beriman dan berbuat baik, sementara kamu sendiri berpaling darinya dan melupakan dirimu sendiri. Padahal kalian bisa membaca Taurat dan mengetahui isinya yang memerintahkan untuk mengikuti agama Allah dan mempercayai rasul-rasul-Nya. Tidakkah kamu menggunakan akal sehatmu?!


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

44. أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ (Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian)
Yakni menyuruh untuk beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, memenuhi perjanjian Allah, mengerjakan sholat, dan menunaikan zakat.

وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ (sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri)
Yakni membiarkan diri kalian tidak menjalankannya, padahal itu adalah hal yang sangat buruk.

أَفَلَا تَعْقِلُونَ (Maka tidaklah kamu berpikir?)
Yakni jika kalian bukanlah termasuk orang-orang yang berilmu, memiliki dalil-dalil, dan yang mempelajari kitab-kitab Allah maka sebenarnya cukuplah akal sebagai penghalang kalian melakukan apa yang kalian perbuat. Lalu mengapa kalian melakukan itu padahal kalian adalah orang yang berilmu.


📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

Manusia senantiasa terhalangi dari tidak tunduk kepada orang yang ucapannya menyalahi perbuatannya, karena ketaatan mereka dengan perbuatan lebih utuh daripada ketaatan dengan sekedar ucapan.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Wahai para pendeta Yahudi! Bagaimana bisa kalian memerintahkan orang untuk taat kepada Allah dan segala sesuatu yang ada di dalam Taurat, sedangkan kalian mengabaikan diri kalian dan tidak memerintahkannya untuk berbuat kebaikan dan ketaatan, dan kalian juga membaca Taurat yang mengharamkan berbicara tanpa berbuat. Apakah kalian tidak mengetahui ketidaksesuaian kalian dengan ucapan kalian dan buruknya perilaku kalian?! Asbabun Nuzul: As-Sadi berkata: “Ketika itu, Bani Israil memerintahkan manusia untuk taat kepada Allah dan bertakwa kepadaNya dengan berbuat baik, namun mereka melakukan yang sebaliknya, kemudian Allah yang Maha Agung dan Maha Tinggi menegur mereka”


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

Mengapa kalian memerintahkan orang untuk berbuat kebajikan} berbuat ketaatan dan amal shalih {sedangkan kalian melupakan diri sendiri} kalian membiarkan diri kalian dan tidak memerintahkannya untuk berbuat kebajikan {padahal kalian membaca kitab suci (Taurat)} kalian membaca Taurat {Tidakkah kalian berpikir


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

44. “Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebajikan,” yakni dengan keimanan dan kebaikan, ”sedang kamu melupakan diri (kewajiban) sendiri,” maksudnya kalian meninggalkannya padahal kalian memerintahkannya kepada orang lain, ”padahal “kamu membaca al-kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” dinamakan akal itu sebagai akal karena ia dipakai untuk berpikir kepada kebaikan yang bermanfaat untuknya, dan sadar dengannya dari hal-hal yang memudaratkan dirinya, dan hal tersebut dibuktikan bahwa akal menganjurkan kepada pemiliknya untuk menjadi orang yang pertama meninggalkan apa yang dilarang. Maka barangsiapa yang memerintahkan orang lain kepada kebaikan lalu dia tidak melakukannya atau melarang dari kemunkaran namun dia tidak meninggalkannya, maka hal itu menunjukkan tidak adanya akal padanya dan kebodohannya, khususnya bila dia telah mengetahui akan hal itu, dan hujjah benar-benar telah tegak atasnya. Dan ayat ini walaupun turun terhadap Bani Israil namun ia bersifat umum kepada setiap orang. Sesuai firman Allah:
" Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?, Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."
(QS. As-Shoff : 2-3)
Dalam ayat ini tidak ada suatu indikasi pun yang menunjukkan bahwasanya seseorang bila tidak melakukan apa yang diperintahkan kepadanya, maka dia boleh meninggalkan ajakan kepada kebaikan dan melarang dari yang munkar, karena ayat itu menunjukkan suatu kecaman berkaitan dengan kedua kewajiban tersebut. Bila tidak seperti itu, maka suatu hal yang telah diketahui bahwasanya setiap manusia memiliki dua kewajiban yaitu memerintah orang lain dan melarangnya, dan memerintah dirinya sendiri dan melarangnya. Maka meninggalkan salah satu dari kedua kewajiban itu bukanlah suatu keringanan untuk meninggalkan yang lainnya, karena idealnya adalah seseorang mampu melakukan kedua kewajiban itu dan demikian juga sangat aib sekali bila seseorang meninggalkan keduanya. Adapun jika dia melakukan salah satu dari kedua kewajiban itu tanpa lainnya, maka dia tidaklah dalam posisi yang ideal dan tidak pula pada posisi sangat aib. Lebih dari itu, diri manusia memang diciptakan dengan kecenderungan tidak respek untuk tunduk kepada orang yang perbuatannya bertentangan dengan perkataanya, maka peniruan mereka dengan perbuatan adalah lebih kuat daripada peniruan mereka dengan sekedar perkataan saja.


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Allah berfirman,”Bagaimana itu pantas bagi kalian, Wahai, Ahli Kitab, kalian menyuruh manusia untuk berbuat kebajikan (yaitu bersama-sama melakukan kebaikan) sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri. Kalian tidak melaksanakan perintah yang kalian berikan kepada manusia, padahal kalian membaca kitab dan mengetahui isinya, namun kalian tidak melakukan ketaatan kepada perintah Allah? (Maka tidaklah kamu berpikir?) Apa yang telah kalian kerjakan atas diri kalian sendiri! Jadi berhati-hatilah terhadap kelalaian kalian dan perhatikanlah ketidaktahuan kalian
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Qatadah tentang firman Allah SWT: (Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan dirimu sendiri) yaitu bahwa Bani Israil menyuruh orang lain untuk taat dan takwa kepada Allah, serta berbuat kebajikan, namun mereka melakukan sesuatu yang bertentangan. Maka Allah memberi peringatan kepada mereka. Begitu juga yang dikatakan oleh As-Suddi.
(Padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)) maknanya adalah kalian melarang orang lain dari mengingkari apa yang ada pada kalian berupa nubuwwah, dan perjanjian dalam kitab Taurat, sementara kalian meninggalkannya. Maknanya yaitu kalian mengingkari isinya mengenai janji yang Aku berikan kepada kalian untuk membenarkan rasulKu, dan kalian melanggar janjiKu, serta menolak apa yang kalian ketahui dari kitabKu.
Tujuannya adalah bahwa Allah SWT mengecam mereka atas tindakan ini dan memperingatkan kesalahan mereka terhadap diri mereka sendiri, karena mereka memerintahkan orang lain untuk berbuat kebajikan tapi mereka sendiri tidak melakukannya. Dan tujuannya bukan untuk mengecam perintah mereka untuk berbuat kebajikan sementara mereka meninggalkannya, melainkan mengecam tindakan mereka yang meninggalkannya, karena perintah berbuat kebajikan adalah itu baik dan itu merupakan sesuatu yang wajiban bagi orang yang berilmu. Akan tetapi, kewajiban yang lebih utama bagi orang yang berilmu adalah melaksanakannya bersamaan dengan memberikan perintah tentang hal itu kepada orang lain untuk melaksanakannya, dan janganlah melakukan hal yang bertentangan dengan mereka. Sebagaimana yang dikatakan nabi Syu'aib: (Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepadaNya-lah aku kembali) (Surah Hud: 88) Setiap perintah melakukan kebaikan dan mempraktekkannya adalah suatu kewajiban, jadi tidak bisa seseorang bisa meninggalkan salah satunya saja, sesuai pendapat ulama dari masa lalu dan masa sekarang.
Sebagian ulama’ berpendapat bahwa orang yang berbuat maksiat tidak berhak melarang orang lain melakukan perbuatan yang sama. Pendapat ini lemah dan pendapat yang lebih lemah lagi adalah mengaitkan pendapat mereka dengan ayat ini, karena mereka tidak memiliki argumen dalam hal ini.
Yang benar yaitu bahwa orang yang berilmu itu memerintahkan (orang lain) berbuat kebaikan meskipun dia sendiri tidak melakukannya, dan dia melarang berbuat kemungkaran meskipun dia melakukannya. Malik mengutip dari Rabi'ah,”Saya mendengar Sa'id bin Jubair berkata:"Jika seseorang tidak memerintahkan berbuat kebaikan dan tidak melarang berbuat kemungkaran, sehingga tidak ada manfaat apa pun, maka idak ada seorang pun yang memerintahkan berbuat kebaikan dan tidak melarang kemungkaran."
Malik berkata dan benar, lalu siapa yang tidak memiliki manfaat apa pun?
Saya berkata, Akan tetapi (dalam kondisi ini) dia akan dikritik karena mengabaikan ketaatan dan berbuat maksiat, karena dia mengetahui hal itu dan melakukan hal sebaliknya dengan penuh kesadaran; dan dia tidak sama dengan orang yang tidak tahu."


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Baqarah ayat 44: Kemudian Allah mengarahkan firman-Nya kepada bani israil dengan perendahan; Allah berkata sebagai mereka : Apakah manusia diperintahkan dengan mengiman Allah dan rasul-Nya serta menegakkan sholat dan selainnya dari amalan-amalan yang baik, sedangkan kalian tidak diperintahkan untuk berbuat demikian; Padahal kalian telah membaca taurat yang didalamnya terdapat hujjah dan bukti – bukti yang jelas dan terang, apakah kalian tidak menggunakan akal – akal kalian dengan benar yang mana kalian diseru menuju kepada keutamaan – keutamaan dan menjauhkan kalian dari kehinaan – kehinaan.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Yakni alangkah buruknya keadaan kamu mendorong orang lain mengerjakan kebaikan, namun kamu malah melupakan dirimu untuk memperoleh kebaikan yang besar yaitu Islam, padahal kamu membaca kitab Taurat yang di sana diterangkan sifat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan kewajiban beriman kepadanya. Tidakkkah kamu menggunakan akal sehatmu?!

Ayat ini meskipun turun berkenaan tentang ulama bani Isra'il, namun ia umum kepada setiap orang yang menyuruh orang lain berbuat baik namun ia melupakan dirinya ibarat sebuah lilin yang menerangi orang lain, namun dirinya habis terbakar. Di dalam hadits disebutkan:

مَثَلُ الَّذِيْ يُعَلِّمُ النَّاسَ الْخَيْرَ وَ يَنْسَى نَفْسَهُ مَثَلُ الْفَتِيْلَةِ تُضِيء ُلِلنَّاسِ وَ تُحَرِّقُ نَفْسَهَا

“Perumpamaan orang yang mengajar kebaikan kepada manusia, namun ia melupakan dirinya sendiri adalah seperti sebuah sumbu, ia menerangi manusia sedangkan dirinya sendiri terbakar.” (HR. Thabrani dari Abu Barzah dan Jundab, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 5837)


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 44

Selanjutnya, setelah memerintahkan salat dan zakat, ayat ini mengecam pemuka-pemuka yahudi yang sering kali memberi tuntunan kepada orang lain agar berbuat baik, tetapi melakukan sebaliknya dan melupakan diri mereka. Mengapa kamu, bani israil atau pemukapemuka yahudi, menyuruh orang lain, baik yang seagama dengan kamu maupun orang-orang musyrik atau siapa saja, untuk mengerjakan kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri dan tidak menyuruh dirimu untuk melakukan kebajikan itu' kamu melakukan hal itu, padahal kamu membaca kitab taurat' tidakkah kamu mengerti dan berakal sehingga memiliki kendali yang menghalangi kamu terjerumus ke dalam dosa dan kesulitan' meski pembicaraan pada ayat ini ditujukan kepada orang-orang yahudi, nasihat yang terkandung di dalamnya juga berlaku bagi kaum muslim, apalagi para pemuka agama, yakni hendaknya mengingatkan diri sendiri lebih dahulu sebelum mengajak orang lain berbuat baikdan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan penuh sabar, dengan memelihara keteguhan hati dan menjaga ketabahan, serta menahan diri dari godaan dalam menghadapi hal-hal yang berat, dan juga dengan melaksanakan salat. Dan salat itu sungguh amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk dan tunduk hatinya kepada Allah. Mereka adalah orang-orang yang yakin bahwa mereka akan menemui tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.


Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!

Demikianlah beragam penjabaran dari berbagai ahli tafsir berkaitan makna dan arti surat Al-Baqarah ayat 44 (arab-latin dan artinya), semoga memberi kebaikan bagi kita semua. Bantulah dakwah kami dengan mencantumkan link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Link Paling Sering Dibaca

Nikmati banyak materi yang paling sering dibaca, seperti surat/ayat: Ali Imran, Al-Baqarah 286, Al-Ma’idah 2, Az-Zalzalah, Al-Isra 23, Al-Hujurat 12. Serta Yunus 40-41, At-Takatsur, Asy-Syams, Al-Mujadalah 11, Al-Baqarah 83, An-Nur 2.

  1. Ali Imran
  2. Al-Baqarah 286
  3. Al-Ma’idah 2
  4. Az-Zalzalah
  5. Al-Isra 23
  6. Al-Hujurat 12
  7. Yunus 40-41
  8. At-Takatsur
  9. Asy-Syams
  10. Al-Mujadalah 11
  11. Al-Baqarah 83
  12. An-Nur 2

Pencarian: al maidah ayat 27, surat al imran ayat 139, al baqarah 105, surat yunus 81-82 latin, al insan ayat 17

Bantu Kami

Setiap bulan TafsirWeb melayani 1.000.000+ kunjungan kaum muslimin yang ingin membaca al-Quran dan tafsirnya secara gratis. Tentu semuanya membutuhkan biaya tersendiri.

Tolong bantu kami meneruskan layanan ini dengan membeli buku digital Jalan Rezeki Berlimpah yang ditulis oleh team TafsirWeb (format PDF, 100 halaman).

Dapatkan panduan dari al-Qur'an dan as-sunnah untuk meraih rezeki berkah berlimpah, dapatkan pahala membantu keberlangsungan kami, Insya Allah.