Surat Al-Baqarah Ayat 27
ٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعْدِ مِيثَٰقِهِۦ وَيَقْطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِى ٱلْأَرْضِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ
Arab-Latin: Allażīna yangquḍụna 'ahdallāhi mim ba'di mīṡāqihī wa yaqṭa'ụna mā amarallāhu bihī ay yụṣala wa yufsidụna fil-arḍ, ulā`ika humul-khāsirụn
Artinya: (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.
« Al-Baqarah 26 ✵ Al-Baqarah 28 »
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Tafsir Berharga Terkait Dengan Surat Al-Baqarah Ayat 27
Paragraf di atas merupakan Surat Al-Baqarah Ayat 27 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai tafsir berharga dari ayat ini. Didapatkan berbagai penafsiran dari banyak ahli tafsir terkait kandungan surat Al-Baqarah ayat 27, sebagiannya seperti berikut:
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian Allah yang telah Dia ambil dari mereka untuk bertauhid dan taat kepada-Nya. padahal Allah telah menegaskan isi perjanjian itu dengan mengirim para rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya. Namun mereka menyelisihi aturan agama Allah seperti dengan memutus tali silaturahim dan menebar kerusakan di muka bumi. Mereka itu adalah orang-orang yang rugi di dunia dan akhirat.
📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
27. Sebagian ciri-ciri dari orang-orang kafir tersebut adalah mereka melanggar perjanjian yang telah Allah ambil dari mereka yaitu agar mereka beriman kepada Allah dan mentaati-Nya, dan mereka melanggar perintah-perintah-Nya, seperti memutus tali silaturrahim, memboikot Rasulullah, dan menyebarkan kerusakan di muka bumi. Mereka adalah orang-orang yang mengharamkan diri mereka sendiri dari kehidupan yang baik di dunia dan surga di akhirat.
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
27. Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian dengan Allah bahwa mereka hanya akan menyembah kepada Allah semata dan mengikuti Rasul-Nya yang telah diberitakan oleh para rasul sebelumnya. Ciri-ciri orang yang mengingkari perjanjian-perjanjian dengan Allah adalah mereka memutuskan hal-hal yang Allah perintahkan untuk disambung seperti tali silaturrahim, dan berusaha menyebarkan kerusakan di muka bumi dengan malakukan kemaksiatan. Mereka itulah orang-orang yang merugi di dunia dan di akhirat.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
27. الَّذِيْنَ يَنْقُضُوْن عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖۖ ((yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh)
makna (النقض) adalah perusakan apa yang telah kokoh baik itu berupa bangunan, tali, ataupun perjanjian. Dan makna perjanjian Allah adalah perjanjian yang Allah ambil atas mereka yang terdapat dalam al-Qur’an yang mereka setujui dan sepakati untuk taat dan mengikutinya.
وَيَقْطَعُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ (dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya)
Yakni menghubungkan/menyambungkan tali silaturrahim dan kekerabatan.
وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِۗ (dan membuat kerusakan di muka bumi)
Yakni dengan mengerjakan kemaksiatan di muka bumi.
اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ (Mereka itulah orang-orang yang rugi)
Yakni dengan menjadi ahli neraka. Tidak seperti apa yang mereka kira bahwa jika mereka mengingkari perjanjian Allah maka mereka akan mendapat kemaslahatan yang mereka inginkan. Padahal sesungguhnya menepati perjanjian dengan Allah merupakan maslahat terbesar yang telah mereka sia-siakan.
📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
Orang-orang fasik adalah orang-orang yang merusak perjanjian, melanggar apa yang diperintahkan dan dijanjikan Allah kepada mereka berupa keimanan, setelah melakukan perjanjian dan memperkuatnya dengan lisan-lisan semua rasul; memotong hubungan silaturahmi, hubungan kerabat dan menjauhi orang-orang mukmin; dan melakukan kemaksiatan di bumi, menghalangi manusia untuk beriman kepada risalah Muhammad SAW. Dan mereka semua adalah penduduk neraka
📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
{(yaitu) orang-orang yang melanggar} orang orang yang melanggar dan mengabaikan {janji Allah} perintah Allah yang telah Dia wajibkan kepada mereka untuk beribadah kepada hanya kepadaNya dan mengikuti nabi Muhammad SAW {setelah (perjanjian) itu diteguhkan} meneguhkan janji itu dengan sumpah {dan mereka memutuskan sesuatu yang diperintahkan oleh Allah untuk disambung, dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
27. “ Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu diteguhkan.” Hal ini bersifat umum yang meliputi perjanjian antara mereka dengan Rabb mereka, atau juga perjanjian yang terjadi antara mereka dengan sesama makhluk, yang dikukuhkan atas mereka dengan ikatan-ikatan yang erat dan komitmen-komitmen, namun mereka tidak peduli terhadap ikatan-ikatan tersebut bahkan mereka membatalkannya dan mereka meninggalkan perintah-perintahNya, dan mereka juga membatalkan janji-janji antara mereka dengan sesama makhluk.
“dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya.” Banyak hal yang termasuk kedalam ayat ini, dan Allah ta’ala telah memerintahkan kepada kita untuk menghubungkan antara kita dengan DiriNya yaitu dengan keimanan kepadaNya, melaksanakan ibadah hanya semata kepadaNya, atau antara kita dengan rosulNya yaitu dengan beriman kepada beliau, mencintai beliau, menghormati beliau, menunaikan segala hak-hak beliau, atau di antara kita dengan kedua orang tua, karib kerabat, teman sahabat dan seluruh makhluk yaitu dengan menunaikan hak-hak mereka yang mana Allah memerintahkan untuk bersilaturahim.
Adapun orang-orang Mukmin, maka mereka akan menyambung silaturahim yang telah Allah perintahkan untuk di sambung dari hak-hak tersebut, dan mereka menunaikannya dengan sebaik-baik pelaksanaan, sedangkan orang-orang fasik maka mereka memutuskannya dan membuangnya dari diri mereka dan menggantikannya dengan kefasikan, memutus hubungan, dan melakukan kemaksiatan, yaitu berbuat kerusakan di muka bumi.
“Mereka itulah, ” yakni orang-orang yang memiliki sifat seperti itu adalah, “orang-orang yang merugi,” di dunia dan akhirat. Allah membatasi kerugian itu hanya bagi mereka, karena kerugian mereka itu bersifat umum dalam segala kondisi mereka yang tidak ada sama sekali percikan dari keuntungan, karena setiap amalan shalih syaratnya adalah keimanan, maka barangsiapa yang tidak memiliki keimanan, niscaya ia tidak memiliki nilai amal, dan kerugian ini adalah kerugian kekufuran. Adapun kerugian yang terkadang menjadi kekufuran dan terkadang menjadi kemaksiatan dan terkadang menjadi suatu tindakan kelalaian dalam meninggalkan kesunnahan, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ta'ala : "Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian," (QS. Al-Ashr : 2)
Maka ini bersifat umum untuk seluruh makhluk, kecuali orang-orang yang bersifat dengan keimanan, amalan shalih, saling nasihat menasihati kepada kebenaran dan saling nasihat menasihati dengan kesabaran;maka pada hakikatnya adalah hilangnya kebaikan yang mana seorang hamba itu bertujuan memperolehnya dan itu masih dalam kemampuannya.
📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Arti ayat ini yaitu bahwa Allah SWT memberitahukan bahwa Dia tidak segan atau tidak takut untuk memberikan suatu perumpamaan dengan segala sesuatu baik yang kecil ataupun besar.
Huruf "ma" di sini untuk mengurangi penambahan, dan kata (ba'uzhah) mansub sebagai badal, sebagaimana dikatakan: "La adhrabanna dharban ma", Hal itu menunjukkan sesuatu yang lebih rendah, atau kata "ma" itu bisa menjadi isim nakirah yang disifati dengan (ba'uzhah)
Ibnu Jarir memilih bahwa "ma" di sini adalah ma maushul, dan (ba'uzhah) dii’rab sesuai dengan I’rabnya. Dia berkata:"Itu merupakan sesuatu yang wajar dalam percakapan orang Arab, bahwa mereka mengi'rabkan shilah dari “ma” dan “man” dengan i'rabnya; karena keduanya terkadang menjadi isim ma’rifah dan terkadang menjdai isim nakirah, sebagaimana yang dikatakan Hasan bin Tsabit:
Cukup bagi kami keutamaan atas orang lain Cinta kepada Nabi Muhammad telah menyatu pada diri kami.
Terkait firmanAllah SWT: (atau yang lebih rendah dari itu) itu ada dua pendapat:
Pendapat pertama yaitu hal lain selain (nyamuk) dalam ukuran kecil dan kehinaannya, sebagaimana ketika seseorang digambarkan dengan celaan dan kekikiran, lalu pendengarnya akan berkata: "Iya, dan di bawah itu", maksudnya yaitu terkait hal yang telah kamu gambarkan. Ini adalah pendapat Al-Kisa'i dan Abu Ubaidah yang dikatakan oleh Ar-Razi dan kebanyakan para pentahqiq.
Dalam hadits: "Seandainya dunia ini mempunyai nilai di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberikan kepada orang kafir setetes airpun."
Pendapat kedua: yaitu bahwa (Fa maa fauqaha) maknanya adalah sesuatu yang lebih besar daripada nyamuk, karena tidak ada sesuatu yang lebih hina dan lebih kecil daripada nyamuk. Ini adalah pendapat Qatadah bin Di'amah, dan pendapat itu dipilih Ibnu Jarir, dan dikuatkan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:"Tidak ada seorang Muslim yang disengat duri atau sesuatu yang lebih besar daripada itu, melainkan dia akan mendapatkan pahala karenanya dan dihapuskan dosanya dengan itu" Hadits ini memberitahukan bahwa hal itu tidak menunjukkan sesuatu yang kecil sebagai perumpamaan, sekalipun sekecil nyamuk. Sebagaimana Allah tidak segan menciptakan nyamuk, begitu juga Dia tidak segan membuat perumpamaan dengan nyamuk, sebagaimana membuat perumpamaan dengan lalat dan laba-laba dalam firmanNya: ) Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.( (Surah Al-Hajj)
Allah juga berfirman: (Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui (41) (Surah Al-Ankabut).
Mujahid berkata tentang firman Allah SWT: (Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu) bahwa maknanya yaitu bahwa perumpamaan yang kecil maupun yang besar, orang-orang mukmin tetap meyakini dan mengetahui bahwa itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka, dan Allah memberi mereka petunjuk dengan perumpamaan-perumpamaan itu.
Qatadah berkata bahwa ayat (Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka) maknanya yaitu mereka mengetahui bahwa itu adalah kalam Allah dan itu dari sisiNya
Hal yang serupa juga diriwayatkan dari Mujahid, Hasan, Ar-Rabi' bin Anas, dan lainnya
Abu Al-'Aliyah berkata: bahwa yang dimaksud dalam (Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka) yaitu perumpamaan ini, sedangkan (tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?") sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Muddathir (Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri) (Surah Al-Muddatsir: 31) Dia juga berfirman pada ayat ini (Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik) Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas berkata, mereka adalah orang-orang munafik. Sementara Abu Al-'Aliyah berkata maksud dari (Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik) adalah orang-orang munafik, demikian pula pendapat Ar-Rabi' bin Anas.
Qatadah berkata, makna dari (Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik) adalah orang-orang yang berbuat fasik, lalu Allah menyesatkan mereka ke dalam kefasikan mereka.
Orang fasik dalam bahasa Arab adalah orang yang keluar dari ketaatan juga. Orang Arab berkata (fasaqa al-ruthbah) ketika buah kurma keluar dari kulitnya; dan karena itu yang dikatakan tentang tikus (tanah) ketika keluar dari liangnya untuk merusak (tanaman).
Jadi istilah orang fasik mencakup orang kafir dan orang yang berbuat maksiat, tetapi kefasikan orang kafir lebih besar dan lebih tercela. Sedangkan yang dimaksud dengan orang fasik dalam ayat ini adalah orang fasik yang kafir. Hanya Allah yang lebih mengetahui. Dalil yang menunjukkan bahwa Dia mendeskripsikan mereka yaitu dengan firmanNya, ((yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi (27))
Ciri-ciri ini adalah ciri-ciri orang kafir yang berbeda dengan ciri-ciri orang beriman, sebagaimana Allah berfirman dalam Surah Ar-Ra'd (Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran (19) (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian (20) dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk... (21)) sampai firmanNya (Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam) (25) (Surah Ar-Ra’d).
Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna perjanjian yang diterangkan untuk orang-orang fasik itu. Beberapa mengatakan bahwa perjanjian itu adalah wasiat Allah kepada makhlukNya, yaitu perintahNya kepada mereka berupa ketaatan dan laranganNya kepada mereka berupa kemaksiatan yang terkandung dalam dalam kitab-kitabNya dan melalui lisan rasul-rasulNya. Lalu mereka melanggarnya dengan tidak melakukan hal tersebut.
Ulama’ lain berpendapat bahwa yang dimaksud yaitu perjanjian orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang munafik. Perjanjian dengaan Allah yang mereka langgar, yaitu janji yang ditetapkan oleh Allah atas mereka dalam Taurat berupa amalan yang terkaandung di dalamnya, mengikuti nabi Muhammad SAW ketika beliau diutus, mengimaninya dan apa yang dibawa olehnya dari Tuhan mereka. Mereka melanggar hal itu setelah mengetahuinya dengan mengingkari kebenarannya, menolaknya, dan menyembunyikan kebenaran itu dari orang-orang setelah Allah membuat perjanjian dengan mereka untuk menyatakan kebenaran itu kepada manusia, bukan menyembunyikannya. Maka Allah memberitahukan bahwa mereka meninggalkan janji itu dan menjualnya dengan harga yang murah"
Ini adalah pendapat yang dipilih Ibnu Jarir, dan adalah pendapat Muqatil bin Hayyan.
Ulama’ lain juga berpendapat bahwa ayat ini mencakup semua orang kafir, orang musyrik, dan orang munafik. Allah melakukan perjanjian dengan mereka untuk bertauhid kepadaNya dan menunjukkan bukti-bukti yang menunjukkan ketuhananNya. Allah melakukan perjanjian dengan mereka terkait perintah dan laranganNya yang dijadikan hujjah oleh rasul-rasulNya berupa mukjizat-mukjizat yang tidak dapat disaingi oleh siapa pun, sebagai bukti atas kebenaran para rasulNya. Mereka meelanggaran dan menolak atas pemberitahuan yang telah dibuktikan kebenarannya, dan mendustakan para rasul dan kitab-kitabNya, meskipun mereka mengetahui bahwa apa yang disampaikan adalah benar.
Diriwayatkan juga dari Muqatil bin Hayyan hal serupa. Ini merupakan pendapat yang hasan. Pendapat ini juga diikuti oleh Az-Zamakhshari. Dia berkata, "Jika ditanya, apa yang dimaksud dengan perjanjian Allah? Saya berkata: “Itu adalah perjanjian yang tertancap dalam pikiran mereka tentang tauhid, seolah-olah Dia mewasiatkan dan meneguhkan hal itu atas mereka". Itu adalah makna firman Allah, (dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami)( (Surah Al-A'raf: 172) ketika Allah telah membuat perjanjian atas mereka dalam kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka, sebagaimana firmanNya, (dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu) (Surah Al-Baqarah: 40).
As-Suddi menyatakan dalam tafsirnya bahwa makna firman Allah,( (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh) adalah apa yang dijanjikan Allah kepada mereka dalam Al-Qur'an, mereka mengakuinya, kemudian mereka mengingkari dan melanggarnya.
Dikatakan bahwa makna firman Allah SWT (dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya) adalah hubungan kekerabatan dan persaudaraan, sebagaimana yang ditafsirkan oleh Qatadah, seperti firman Allah, (Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? (22)) (Surah Muhammad). Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Jarir.
Dikatakan bahwa maknanya lebih umum dari itu, yaitu segala yang diperintahkan Allah untuk disambungkan dan dilakukan, telah diutusditinggalkan oleh mereka.
Muqatil bin Hayyan mengatakan bahwa makna firman Allah, (Mereka itulah orang-orang yang rugi) maknanya yaitu (kerugian) di akhirat. Ini sebagaimana firman Allah (orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).) Surah Ar-Ra'd: 25).
Ibnu Jarir berkata terkait firman Allah SWT (Mereka itulah orang-orang yang rugi) yaitu bahwa (khasirun) adalah bentuk jamak dari kata (khasir) Mereka adalah orang-orang yang membuat diri mereka merugi dari rahmat Allah karena kemaksiatan mereka, sebagaimana seorang pedagang akan mengalami kerugian dalam perniagaannya dengan meletakkan sebagian modalnya dalam sebuah transaksi penjualan. Begitu juga orang munafik dan orang kafir akan mengalami kerugian dengan menolak rahmat Allah yang diciptakan untuk hamba-hambaNya di hari kiamat, hari dimana mereka akan sangat membutuhkan rahmatNya. Dikatakan tentang itu yaitu seperti seseorang yang mengalami kerugian yang sangat besar, Seperti yang dikatakan oleh Jarir bin 'Athiyyah:
Sungguh orang yang kurang ajar itu dalam kerugian,
sesungguhnya mereka adalah keturunan bangsa yang telah menciptakan kesesatan"
📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
Makna kata :
يَنقُضُونَ : Menguraikan simpul yang telah terjalin.
عَهۡدَ ٱللَّهِ : Perjanjian yang Allah buat dengan manusia agar beriman, taat kepadaNya dan kepada rasulNya.
مِنۢ بَعۡدِ مِيثَٰقِهِ : Setelah terjalinnya ikatan dengan sumpah ataupun persaksian untukNya.
وَيَقۡطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ : Memotong apa yang Allah perintahkan untuk disambung berupa keimanan, tauhid, ketaatan, dan menyambung silaturahim.
وَيُفۡسِدُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ : Berbuat kerusakan di muka bumi dengan cara berbuat kekufuran dan bergelimang kemaksiatan.
ٱلۡخَٰسِرُونَ : Orang yang benar-benar merugi dimana kerugian itu menimpa dirinya dan keluarganya di hari kiamat nanti.
Makna ayat :
Allah hanya menyesatkan orang-orang yang fasik, yaitu mereka yang disebutkan sifat-sifatnya dalam firmanNya:
ٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهۡدَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ مِيثَٰقِهِۦ وَيَقۡطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيُفۡسِدُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِۚ
“Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi.”
Allah menghukumi mereka dengan kerugian yang total pada hari kiamat nanti dengan firmanNya;
“Merekalah orang-orang yang rugi”
Pelajaran dari ayat :
1. Apabila Allah menurunkan kebaikan berupa petunjuk dan selainnya maka orang mukmin akan bertambah hidayah dan kebaikannya, sedangkan orang kafir akan bertambah kesesatan dan keburukannya. Hal ini dikarenakan memang potensi penerimaan terhadap apa yang diturunkan Allah antara jiwa dua kelompok ini memang berbeda.
2. Peringatan keras terhadap kefasikan dan pengikutnya berupa melepaskan perjanjian, memutus kebaikan, dan melarang dari perbuatan baik.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Al-Baqarah ayat 27: Kemudian Allah menjelaskan bahwasanya mereka orang-orang yang fasik orang-orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah adalah mereka yang mengingkari perjanjian antara mereka dengan Allah , begitu juga mengingkari perjanjian antara mereka dengan makhluk rumah dan juga mereka menyelisihi perintah-perintah Allah untuk menyambung silaturahmi . mereka memutus tali silaturahim dan menyebarkan kerusakan serta kesehatan di bumi ; Oleh sebab itu mereka adalah orang-orang yang merusak di dunia maupun di akhirat .
📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Padahal mereka telah berjanji untuk mentauhidkan Allah Ta'ala dan menta'ati-Nya serta beribadah kepada-Nya sebagai amanah yang dibebankan kepada mereka ketika langit, bumi dan gunung enggan memikulnya karena khawatir tidak bisa melaksanakan, diperkuat lagi dengan diutusnya para rasul dan diturunkan kitab-kitab agar mereka mau memenuhi amanah itu. Di samping itu, mereka juga melanggar ajaran Allah seperti dengan memutuskan tali silaturrahim dan menyebarkan kerusakan di muka bumi, mereka itulah orang-orang yang rugi di dunia dan akhirat.
Ada yang menafsirkan sebagai menyambung tali silaturrahim dan ada yang menafsirkan lebih luas lagi, yaitu memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disampaikan berupa hak-hak. Kepada Allah Ta'ala, seperti dengan beriman dan beribadah kepada-Nya. Kepada rasul-Nya, seperti dengan beriman kepadanya, mencintainya, membelanya dan memenuhi hak-haknya. Demikian juga termasuk ke dalamnya memenuhi hak orang tua, kerabat dan orang lain.
📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 27
Orang-orang fasik itu adalah orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah perjanjian itu diteguhkan, yaitu perjanjian dalam diri setiap manusia yang muncul secara fitrah dan didukung dengan akal dan petunjuk agama sebagaimana dijelaskan pada surah al-a 'ra'f/7: 172, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan, seperti menyambung persaudaran dan hubungan kekerabatan, berkasih sayang, dan saling mengenal sesama manusia, dan berbuat kerusakan di bumi dengan perilaku tidak terpuji, menyulut konflik, mengobarkan api peperangan, merusak lingkungan, dan lainnya. Mereka itulah orangorang yang rugi karena telah menodai kesucian fitrah dan memutus hubungan dengan orang lain. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan kehinaan di dunia dan siksaan di akhirat. Sungguh mengherankan perbuatan kamu itu, wahai orang-orang musyrik! bagaimana kamu ingkar kepada Allah yang maha esa dengan mempersekutukan-Nya, padahal bukti keesaan-Nya ada dalam diri kamu, yaitu kamu yang tadinya mati dan belum berupa apa-apa, lalu dia menghidupkan kamu dari tiada, kemudian dia mematikan kamu setelah tiba ajal yang ditetapkan untukmu, lalu dia menghidupkan kamu kembali pada hari kebangkitan. Kemudian hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan untuk dimintai pertanggungjawaban dan mendapat balasan atas segala amal perbuatan.
Mau pahala jariyah & rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang!
Demikianlah aneka ragam penafsiran dari para mufassirun berkaitan isi dan arti surat Al-Baqarah ayat 27 (arab-latin dan artinya), semoga memberi kebaikan untuk ummat. Sokong usaha kami dengan memberikan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.